Pages

Rabu, 31 Oktober 2012

Pepes Tengiri

Jalan jalan ke pasar tradisional pagi hari jadi kegiatan rutin seminggu sekali. Walau nggak pagi pagi amat, yaahh sekitar jam 6 pagi. Jalan raya belum begitu ramai, pulangnya agak telat sih.. sekitar jam delapan pagi, sengaja biar nggak kena macet pagi hari. Di pasar, biasanya mampir ke kios/los ikan. Biasanya kalau pagi, banyak banget jenis ikan yang dijual dan masih segar segar. Banyak yang bilang sih..hasil tangkapan malam.

Pagi itu saya membeli ikan Tengiri, Trakulu, Layang dan Kakap Merah. Belum tau mau dibikin apa. Sampai rumah, baru kepikiran pepes. Kebayang enaknya pepes ikan tengiri dibalut dengan bumbu kuning, belimbing wuluh, tomat dan cabe rawit yang diselipin di daging ikan. Ikan yang sudah dilumuri bumbu, dibungkus dengan daun pisang trus dikukus selama 20 menit atau sampai matang. Makan pepes tengiri enaknya disanding dengan nasi hangat dan minumnya es teh...

Alamak...enaknya  







Tupperware Promo Oktober 2012

Sahabat...
Kalau kamu masih mencari produk Tupperware Promo bulan Oktober 2012, langsung aja kontak aku. Mudah mudahan aku masih punya stoknya, karena sampai tulisan ini ku posting, ada beberapa barang promo yang ready to buy...



Pooh Canister

Midi Deco Canister




Putri Salju dan Nastar Keju

Yup.. kali ini aku membuat kue kering lagi. Seperti biasa, kue kering kegemaranku adalah Putri Salju yang ku buat dua versi  (ceilee..). Putri salju rasa keju dimana aku memakai keju edam parut sebagai campuran di adonan dan satu lagi Putri salju rasa kacang mede. Cara membuatnya cukup mudah, sama seperti adonan dasar putri salju, hanya saja sebelum dipulung, adonan diberi keju edam dan kacang mede. Kejunya diparut terlebih dahulu sedangkan kacang medenya dipanggang dalam oven. Biar lebih menarik, putri salju rasa kacang mede dibalut dengan gula donat warna warni...rasanya pasti enaklah !

 


Pesanan: 0812.5328.108              



Nah kalo ini kue kering nastar keju. Biasanya tuh kalo bikin nastar atasnya dikasih cengkeh atau sukade. Tapi kali ini aku meniru iklan margarin di televisi. Nastarnya tetep isi selai nenas buatan sendiri tapi atasnya kutaburi dengan keju cheddar trus diolesi kuning telur. Rasanya hmmm...enak juga !


lenyunie@gmail.com



Selasa, 09 Oktober 2012

Ruang Jahit

Akhirnya, kesampaian juga pindah ruangan untuk jahit. Awalnya, ruang jahitku berada di lantai bawah bersebelahan dengan kamar tidur dan depannya ruang keluarga. Ukurannya lumayan besar, selain dipakai buat jahit, saya pun biasa browsing internet di ruang ini. Kebetulan kabel komputer dan kabel internet dapat terhubung langsung dengan instalasi listrik, jadi lebih memudahkan. Trus.., kenapa di pindah ?

Ada satu ruang di lantai 2 yang dari awal pindah rumah, tidak pernah digunakan. Sayang rasanya kalau ruangan atas ini hanya dimanfaatkan untuk gudang dan tempat menyimpan kardus bekas. Padahal ruang ini awalnya untuk menyimpan koleksi buku buku bacaan dan majalah. So, untuk mewujudkan rencana lama agar tidak hanya menjadi wacana..(ce ilee...), jadilah ruang atas di bersihkan. 

Sebelum lebaran, ruangannya di cat bersih warna biru pupus dan kuning pupus. Pagar pembatas di sisi tangga di cat kuning. Sebenarnya sih..ini warna cat yang masih tersisa, jadi daripada dibuang mendingan digunakan. Pintu kayu dan kusen jendela di cat putih. Lampu diganti yang lebih terang. Barang barang yang tidak digunakan dikeluarkan, ada yang disumbangkan ada yang dibuang (tentunya yg sudah rusak) dan ada juga yang masih dipertahankan. 

Setelah ruangan selesai dibersihkan. Kini waktunya untuk menata sisa barang agar gak berantakan. Tahap awal, saya membeli rak besi lima tingkat untuk menambah rak besi yang sebelumnya sudah ada. Rak besi lama kugunakan untuk menaruh barang jualanku. Sedangkan rak besi yang baru ku gunakan untuk menaruh kotak kotak perlengkapan jahit, termasuk mesin jahit portableku. Bagian bawah rak, ku susun buku2. Karena lantainya agak dingin, ku gelar karpet dan terakhir sebuah meja kecil ku letakkan juga di ruangan ini. Selesai sudah. Semoga dengan ruangan baru ini, saya bisa lebih kreatif dan produktif. Amin Ya Rabbal Alamin.
  





Rabu, 03 Oktober 2012

Semalam Di Bromo


Pesona Bromo memang mengundang decak kagum siapa saja yang menyaksikannya. Saya yang menetap di Kalimantan tidak pernah merasakan dinginnya pegunungan. Kami lebih terbiasa dengan panas dan hujan deras. Beruntung saya dapat kesempatan mengunjungi Bromo sebagai salah satu obyek wisata andalan Indonesia.

Gunung Bromo ada di Kabupaten Probolinggo. Dari Surabaya kami menyewa mobil   menuju kabupaten Probolinggo. Sebenarnya banyak jalan menunju Gn.Bromo. Selain lewat Probolinggo, bisa juga lewat Lumajang. Tapi menurut driver yang mengantarkan kami, lewat Probolinggo jaraknya lebih dekat. Saya tidak tau pasti berapa lama waktu yang kami tempuh untuk sampai ke sana. Di perjalanan, kami menyempatkan diri singgah di kawasan yang terkena lumpur Lapindo. Jalanan sempit dan berdebu, rumah rumah, fasilitas umum dan sawah sawah penduduk semua terendam lumpur. Pemandangan yang sungguh menyedihkan.

Menjelang sore, akhirnya kami tiba di desa terdekat Gn.Bromo. Udara mulai dingin. Kabut tipis perlahan mulai turun menyelimuti desa. Kami bergegas menuju penginapan, tidak sabar rasanya untuk membaringkan badan. Sejenak beristirahat, kami pun keluar penginapan untuk melihat lihat desa sembari meminum wedang jahe dan menyantap mie rebus spesial pake telur...hmmm....yummy 

Pemandangan sudah tidak terlihat jelas, karena tertutup kabut. Gn.Batok yang tinggi menjulang sudah tidak terlihat. Sesekali hembusan angin meniup kabut, terlihatlah tingginya Gn.Batok di depan mata. Tak kuat menahan dingin yang semakin menusuk, akhirnya kami kembali ke penginapan. Terlelap kelelahan. Dini hari jam 3 pagi, kami bangun bergegas menyiapkan diri untuk mengikuti tur padang pasir Gn.Bromo menuju Pananjakan melihat matahari terbit.

Kami menyewa sebuah jeep menuju Pananjakan. Jalan yang berbatu, berkelok, tikungan tajam, sampai bertemu dengan hamparan padang pasir yang luas sungguh petualangan yang seru dan mendebarkan. Kami melewati kaki Gn.Btok yang terlihat dari penginapan kami. Akhirnya sampailah kami di Pananjakan. Di sini jeep berhenti untuk selanjutnya perjalanan di teruskan dengan berjalan kaki.

Di Pananjakan sudah banyak orang berkumpul, dari turis domestik seperti saya sampai turis manca negara. Ada juga peneliti dan kelompok pecinta alam. Semua satu tujuan, ingin menyaksikan matahari terbit. Perjalanan dengan berjalan menaiki anak anak tangga cukup menguras tenaga. Setelah tangga dilalui selanjutnya jalan berbatu yang menanjak, hingga sampailah di tanah datar yang dibawahnya ternyata jurang. Harus hati-hati memang, untunglah ada pagarnya. Dari sini kami dapat menyaksikan keindahan matahari terbit. Subhannallah.....

Puas menyaksikan matahari terbit, kami kembali turun. Saat itu matahari pagi sudah mulai terasa menyengat, maklum saja kami kan melihatnya dari dataran tinggi. Pulang dengan menaiki jeep yang sama tetapi melewati jalur yang berbeda hingga sampailah di padang pasir luas. Kami berhenti di sebuah Pura yang biasa di pakai suku tengger yang beragama Hindu untuk ibadah. Di sini kami mengambil foto2 dan beristirahat sejenak, tentu saja hanya boleh di halamannya saja.


Usai melepas lelah, kami menuju obyek wisata Gn.Bromo yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pura. Di bawah kaki Gn.Bromo banyak sekali penjual makanan dan minuman. Jajanan gorengan dan mie rebus jadi santapan kami pagi itu. Banyak sekali penduduk setempat (suku tengger) yang menawarkan sewa kuda poni. Tarifnya sih nggak begitu mahal, tapi saya kasian sama kudanya, kebayang nggak sih badanku yang besar gini naik kuda poni yang kecil..(tapi akhirnya naik juga hehehe, biar kecil tapi kudanya kuat kok, kata yang punya kuda) .

Waktunya kami melihat Bromo dari dekat. Ternyata Gn.Bromo tidak terlalu tinggi, bahkan jalan menuju puncaknya telah dibuatkan anak-anak tangga, sehingga turis yang datang tidak kesulitan. Tangga ini juga mempermudah suku tengger membawa sesaji ke puncak Bromo dalam setiap perayaan keagamaan. Awalnya saya menghitung anak2 tangga, tapi karena kelelahan jadi lupa hitungannya hahaaha..pokoknya harus sampe atas. Sampe di puncak, bau belerang sangat menyengat. Kawah gunung yang terlihat jelas dipasang pagar dan papan pengumuman yang bertuliskan "dilarang bersandar". Waahh, pemandangannya jadi bikin ngeri.., pikiran saya sudah yang aneh aneh. Kebayang kalo nggak sengaja kepeleset trus terguling dan jatuh kebawah hiiiiiiiii takut. Padatnya pengunjung juga bikin nafas tambah sesak, bau belerang yang mulai bikin pusing, belum lagi tanah yang kami pijak tidak rata alias berbatu dan berlubang..aaah mulai nggak enak nih.. Lutut masih gemetaran karena kelelahan naik tangga. Nggak mau ambil resiko, saya pun mencari tempat yang agak sepi (walaupun masih rame) diatas gundukan tanah.

Dalam kondisi lelah, masih kusempatkan mengambil beberapa foto. Usai berfoto, kami segera turun ke bawah, rasanya ingin cepat sampai aja. Setiba dibawah, kami langsung pulang menuju penginapan. Setelah beristirahat dan makan pagi kami pun berkemas. Sebelum pulang kami sempatkan untuk mengambil foto berlatar G.Batok yang terlihat jelas dan pemandangan desa suku tengger. Pengalaman seru ini tidak akan pernah saya lupakan..

Ini dokumentasi kami :